Sisi-sisi yang terjait rapi pun kini tercabik riuh pedagang asongan yang terus melanglang
: "Mari-mari, reguk kehangat pagi
Lepaskan topeng-topengDan siapkan keceriaan"
Kisah ini hampir saja berujung
Tawa (sedih) akan mulai terkubur
Rencana-rencan baru juga akan diusung
Mencandra luka menoreh agung
Seiring pendar bolam
Derit roda besi yang menggesek pinggir kota memecah sayup
Lebam keringat punggung trotoar membasahi semangat baru menjemput kehidupan
Subuhku di tepi awan gelap pekat
Ingin menyajikan roman kelabu
Kisah tentang rintihan pemuja sang Dewi Sri
terkatung-katung di antara sesajen pupuk dan dupa modal
terus mengasap hitam di langit-langit singgasana
Hingga ada saat yang tak pernah sesat mencoba redam dendam yang tak pernah padam
Subuhku kulipat rapat mengadu duka berbalur suka tanpa alur
Kini hanya waktu yang mampu menunggu termangu
Bekasi-Jakarta, 20 Mei 2006
1 comments:
hahaha
Post a Comment